METOLOGI
PENELITIAN EPIDEMIOLOGI
A.
Pengertian
Epidemiologi
Kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, epi
berati pada/tentang, demos berati penduduk, dan logos berati ilmu. Jika di
artikan maka Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk. Selain
definisi asal kata, banyak definisi Epidemiologi yang dibuat oleh ahli
kesehatan. Terdapat dua definisi yang terkenal yaitu :
1.
Definisi lama (
sebelum tahun 1960)
Epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari penyebaran dan perluasan suatu penularan penyakit dalam suatu
kelompok penduduk atau masyarakat. Dasarnya adalah sebelum tahun 1960 penyakit
menular merupakan penyakit yang paling banyak dialami penduduk dunia.
2.
Definisi baru (
Setelah tahun 1960)
Beberapa tokoh terkenal dalam ilmu
penyakit memberi definisi mengenai epidemiologi sebagai berikut :
i)
Mag Mahon dan
Pugh (1970). Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan
faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit terhadap manusia.
ii) Omran (1974). Epidemiologi adalah suatu studi mengenai
kejadian dan distribusi kesehatan, penakit, dan perubahan pada penduduk.
iii) Mausner dan Kramer (1985). Epidemiologi adalah studi
tentang distribusi dan determinan penyakit dan kecelakaan pada populasi
manusia.
iv) Last (1988). Epidemilogi adalah studi tentanf
distribusi dan determinan tentang keadaan atau kejadian yang berkaitan dengan
kesehatan pada populasi tertentu dan aplikasinya untuk menanggulangi masalah kesehatan.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa penyakit pada populasi manusia tidak terjadi dan tersebar begitu saja
secara acak dan penyakit pada manusia sesungguhnya mempunyai faktor penyebab
dan faktor pencegah yang dapat diidentifikasi melaui penelitian (pengamatan)
secara sistematik pada populasi, tempat, dan waktu.
Pada saat ini epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok
manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
B.
Macam-macam
Epidemilogi
1.
Epidemiologi Deskriptif
a) Pengertian
Epidemiologi Deskriptif merupakan studi epidemiologi
yang bertujuan untuk menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinannya
menurut populasi, letak geografik, serta waktu. Indikator yang digunakan dalam
epidemiologi deskriptif adalah faktor sosial ekonomi, seperti umur, jenis
kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan maupun variabel gaya hidup, seperti
jenis makanan, pemakaian obat dan perilaku seksual.
b) Manfaat dari Studi Epidemiologi Deskriptif adalah :
1) Relatif murah daripada studi Epidemiologi Analitik.
2) Memberikan masukan tentang pengalokasian sumber daya dalam rangka
perencanaan yang efisien.
3) Memberikan petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu variabel
merupakan faktor resiko penyakit.
c) Pembagian Studi Epidemiologi Deskriptif antara lain adalah :
1. Laporan kasus dan seri
kasus
Laporan kasus merupakan rancangan studi yang menggambarkan kejadian satu
kasus baru yang menarik yang dilakukan oleh satu orang peneliti atau lebih
untuk mendapatkan gejala atau tanda-tanda spesifik, misalnya terjadi kasus keracunan merthyl mercuri di Teluk Minimata Jepang.
Tujuan
studi kasus adalah untuk mengenal karakteristik kasus . Setelah karakteristik
dikenal baru kemudian disusun gejala-gejala dan tanda-tanda. Misalnya yang
termasuk gejala subjektif, tanda-tandanya ditemukan dari anamnese, sedangkan
gejala yang bersifat objektif ditemukan dari hasil pemeriksaan laboratorium.
Serial kasus merupakan rancangan studi yang menggambarkan kejadian
sekumpulan kasus baru dengan diagnosis serupa, dengan mendistribusikan pada variabel-variabel
tertentu untuk melihat kecenderungan-kecenderungan tertentu. misal pada tahun 1985 ditemukan
penyakit break dancing neck.
Tujuannya
adalah untuk melihat kecenderungan-kecenderungan tertentu. Tidak ada batasan
jumlah kasus dalam kasus seri. Kasus seri dilaporkan dalam bentuk proporsi
(rancangan kasus seri bukan ukuran frekuensi). Dalam kasus seri perlu juga
didapat data populasi. Secara sistematis variabel dikelompokkan kedalam tiga
kelompok besar yaitu :
a. Kelompok orang,
meliputi; demografi, genetik dan umur. Kelompok demografi meliputi alamat,
umur, sex, sosial ekonomi, ras, pendidikan, pekerjaan, status. Kelompok orang
dari segi genetik meliputi riwayat keluarga. Sedangkan dari kelompok prilaku
meliputi morokok, minuman keras, hobby, olahraga dan tidur.
b. Kelompok tempat,
meliputi alamat, lingkungan kerja, dataran tinggi – rendah.
c. Kelompok waktu,
meliputi pagi - siang – malam; bulan; musim (panas-hujan).
Kelemahan studi ini adalah :
a. Tidak ada grup kontrol
b. Tidak dapat dilakukan studi hipotesa
2. Studi ekologi / korelasi
a. Pengertian
Studi Korelasi merupakan studi epidemiologi yang bertujuan untuk
mendeskripsikan hubungan korelatif antara penyakit dengan karakteristik suatu
populasi pada waktu yang sama atau pada populasi yang sama pada waktu yang
berbeda.
Karakteristik dari populasi yang akan di teliti biasanya tergantung pada
minat seorang peneliti, misalnya, mengenai jenis kelamin, umur, kebiasaan mengkonsumsi
makanan tertentu, obat-obatan, rokok, aktifitas, tempat tinggal dan lain-lain.
Contohnya :
i.
Hubungan antara tingkat
penjualan obat anti asma dengan jumlah kematian yang diakibatkan oleh penyakit
ashma.
ii. Hubungan antara jumlah konsumsi rokok pada satu wilayah dengan jumlah
kematian yang diakibatkan oleh penyakit paru.
b. Kelebihan
Kelebihan Studi korelasi adalah sangat tepat bila digunakan
sebagai dasar penelitian untuk melihat hubungan antara fakor paparan dengan
penyakit, karena mudah dilakukan dengan informasi yang tersedia sehingga dapat
muncul hipotesis kausal dan selanjutnya dapat diuji dengan rancangan studi
epidemiologi analitik.
c. Kelemahan
Kelemahan dari studi korelasi adalah studi
korelasi mengacu pada populasi (kelompok), sehingga tidak dapat
mengidentifikasikan kondisi per individu dalam kelompok tersebut. Selain itu
dalam studi korelasi juga tidak dapat mengontrol faktor perancu yang potensial,
misalnya dalam studi korelasi mengenai hubungan antara jumlah perokok dengan
jumlah penderita kanker paru, pada studi korelasi tidak mampu untuk
mengidentifikasikan faktor perancu lain seperti, faktor polusi, jenis
pekerjaan, aktifitas, dan lain-lain.
2) Epidemilogi Analitik
a) Pengertian Studi Epidemiologi
Analitik
Epidemiologi
analitik merupakan studi epidemiologi yang ditujukan untuk mencari
faktor-faktor penyebab timbulnya penyakit atau mencari penyebab terjadinya
variasi yaitu tinggi atau rendahnya frekuensi penyakit pada kelompok individu.
(Eko Budiarto, 2002:111).
Epidemiologi
analitik adalah epidemiologi yang menekankan pada pencarian jawaban terhadap
penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran serta munculnya suatu masalah
kesehatan.Studi analitik digunakan
untuk menguji hubungan sebab akibat dan berpegangan pada pengembangan data
baru. Kunci dari studi analitik ini adalah untuk menjamin bahwa studi di desain
tepat sehingga temuannya dapat dipercaya (reliabel) dan valid.
b) Tujuan Studi
Epidemiologi Analitik
(a) Menjelaskan faktor-faktor resiko dan kausa penyakit.
(b) Memprediksikan
kejadian penyakit
(c) Memberikan saran strategi intervensi yang efektif untuk pengendalian
penyakit.
c) Jenis Studi Epidemiologi Analitik
Berdasarkan peran epidemiologi
analitik dibagi 2 :
(i) Studi Observasional
a.
Studi potong lintang (Cross
sectional)
Rancangan cross sectional adalah suatu
rancangan epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan
faktor penyebab yang mempengaruhi penyakit tersebut dengan mengamati
status faktor yang mempengaruhi penyakit tersebut secara serentak pada individu
atau kelompok pada satu waktu.
Penelitian cross sectional adalah suatu penelitian
dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang
termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama.
Cross
sectional adalah studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi,
maupun hubungan penyakit dan paparan dengan mengamati status paparan, penyakit
atau outcome lain secara serentak pada individu- individu dari suatu populasi
pada suatu saat. Dengan demikian studi cross sectional tidak mengenal adanya
dimensi waktu, sehingga mempunyai kelemahan dalam menjamin bahwa paparan
mendahului efek (disease) atau sebaliknya. Namun studi ini mudah dilakukan dan
murah, serta tidak memerlukan waktu follow up.
Langkah
– langkah penelitian cross sectional :
·
Mengidentifikasi
variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor resiko dan faktor
efek.
·
Menetapkan subjek penelitian.
·
Melakukan observasi atau
pengukuran variabel-variabel yang merupakan faktor resiko dan efek
sekaligus berdasarkan status keadaan
variabel pada saat itu (pengumpulan data).
·
Melakukan analisi korelasi dengan
cara membandingkan proporsi antar kelompok-kelompok hasil observasi
(pengukuran)
Contoh :
Ingin mengetahui hubungan antara
anemia besi pada ibu hamil dengan Berat Badan Bayi Lahir (BBL) denagn
menggunakan rancangan atau pendekatan cross sectional.
Menilai hubungan
antara tingkat pendidikan dengan ventilasi rumah pada populasi masyarakat desa
A. Ada 2 variabel dalam penelitian tersebut, yaitu tingkat pendidikan dan
ventilasi rumah. Keduanya diukur secara bersamaan dalam satu waktu. Maka itulah
yang disebut dengan cross sectional.
Ciri khas rancangan
cross sectional :
·
Peneliti melakukan observasi / pengukuran variabel
pada suatu saat tertentu.
·
Status seorang individu atas ada atau tidaknya kedua
faktor baik pemajanan (exposure) maupun penyakit yang dinilai pada waktu yang
sama.
·
Hanya menggambarkan hubungan asiasi bukan sebab
akibat.
·
Apabila penerapannya pada studi deskriptif, peneliti
tidak melakukan tindak lanjut terhadap pengukuran yang dilakukan.
Kelebihan
rancangan cross sectional :
·
Mudah dilaksanakan.
·
Sederhana.
·
Ekonomis dalam hal waktu.
·
Hasilnya dapat diperoleh dengan cepat.
·
Dalam waktu bersamaan dapat dikumpulkan variabel yang
banyak, baik variabel resiko maupun efek.
Kekurangan
rancangan cross sectional :
·
Diperlukan subjek penelitian yang besar.
·
Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara
akurat.
·
Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan.
·
Kesimpulan korelasi faktor resiko dengan efek paling
lemah bila dibandingan dengan dua rancangan epidemiologi yang lain
b.
Kasus kontrol
(case control)
Rancangan Kasus Kontrol adalah rancangan studi
epidemiologi yang mempelajari hubungan antara penyebab suatu penyakit dan
penyakit yang diteliti dengan membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol
berdasarkan status penyebab penyakitnya. Suatu penelitian (survey) analitik
yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari dengan menggunakan
pendekatan retrospektif.
Studi
analitik yang menganalisis hubungan kausal dengan menggunakan logika terbalik,
yaitu menentukan penyakit (outcome) terlebih dahulu kemudian mengidentifikasi
penyebab (faktor risiko). Riwayat paparan dalam penelitian ini dapat diketahui
dari register medis atau berdasarkan wawancara dari responden penelitian. Study
case control ini berdasarkan penyakit yang sudah ada sehingga memungkinkan
menganalisa penyakit kelompok tertentu yakni kelompok kasusu yang menderita penyakit
atau terkena akibat yang diteliti, dibandingkan dengan kelompok yang menderita
atau tidak terkena akibat. Intinya penelitian ini diketahui penyakitnya
kemudian ditelusuri penyebabnya.
Tahap-tahap penelitian case control :
i.
Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor
resiko dan efek).
ii. Menetapkan objek
penelitian (populasi dan sampel).
iii. Identifikasi kasus.
iv. Pemilihan subjek
sebagai kontrol.
v. Melakukan pengukuran
retrospetif (melihat ke belakang) untuk melihat faktor resiko.
vi. Melakukan analisis
dengan menbandingkan proporsi antara variabel-variabel objek penelitian dengan
variabel-variabel kontrol.
Contoh : Peneliti ingin membuktikan hubungan antara malnutrisi (kekurangan gizi)
pada balita dengan prilaku pemberian makanan oleh ibu.
Ciri rancangan
kasus kontrol :
i.
Subjek dipilih atas dasar apakah mereka menderita
(kasus) atau tidak (kontrol) suatu kasus yang ingin diamati kemudian proporsi
pemajanan dari kedua kelompok tersebut dibandingkan.
ii. Diketahui variabel
terikat (akibat), kemudian ingi diketahui variabel bebas (penyebab).
iii. Observasi dan
pengukuran tidak dilakukan pada saat yang sama.
iv. Peneliti melakukan
pengukuran variabel bergantung pada efek (subjek (kasus) yang terkena penyakit)
sedangkan variabel bebasnya dicari secara retrospektif.
v. Untuk kontrol,
dipilih subjek yang berasal dari populasi dan karakteristik yang sama dengan
kasus.
vi. Bedanya kelompok
kontrol tidak menderita penyakit yang akan diteliti
Kelebihan rancangan penelitian case control :
·
Merupakan satu-satunya cara untuk meneliti kasus
jarang atau yang masa latennya panjang.
·
Hasil dapat diperoleh dengan cepat.
·
Biaya yang dibutuhkan relatif sedikit.
·
Subjek penelitian sedikit.
·
Dapat melihat hubungan bebrapa penyebab terhadap suatu
akibat.
·
Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko
sehingga hasil penelitian lebih tajam dibanding dengan hasil rancangan cross
sectional
Kekurangan rancangan penelitian case control :
·
Sulit menentukan kontrol yang tepat.
·
Validasi mengenai informasi kadang sukar diperoleh.
·
Sukar untuk menyakinkan dua kelompok tersebut
sebanding.
·
Tidak dapat
dipakai lebih dari satu variabel dependen.
·
Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara
teknis tidak dapat dikendalikan
c.
Kohort
Rancangan Kohort adalah
rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara penyebab dari
suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan membandingkan kelompok
terpajan dan kelompok yang tidak
terpajan berdasar status penyakitnya.
Penelitian kohort adalah suatu
penelitian yang digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor
resiko dengan faktor efek melalui pendekatan longitudinal kedepan atau
prospektif.
Rancangan
penelitian epidemiologi analitik observasional yang mempelajari hubungan antara
paparan dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok terpapar dan kelompok
tidak terpapar berdasarkan status penyakit.
Dua jenis kohort :
i.
Closed kohort, yaitu kohort dengan keanggotaan
tertutup dimana tidak ada penambahan anggota baru sejak studi atau follow up
sejak studi dimulai.
ii. Open cohort. Yaitu
kohort dengan keanggotaan terbuka dimana dalam perjalanan waktu pengamatan
dapat menambahkan anggota baru.
Langkah – langkah pelaksanaan penelitian kohort :
i.
Tentukan satu kelompok orang yang terpajan.
ii. Tentukan kelompok
lainnya yang tidak terpajan.
iii. Amati kedua kelompok,
apakah mereka menjadi sakit atau tidak.
Ciri khas dari rancangan kohort :
·
Berasal dari kata romawi kuno
yang berarti kelompok tentara yang berbaris maju ke depan.
·
Subjek dibagi berdasar ada atau
tidaknya pemajanan faktor tertentu dan kemudian diikuti dalam periode waktu
tertentu untuk menentukan munculnya penyakit
pada tiap kelompok.
·
Digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor resiko dan efek.
·
Sekelompok subjek yang belum
mengalami penyakit atau efek diikuti secara prospektif.
·
Diketahui variabel bebas (penyebab) kemudian ingin
diketahui variabel terikat (akibat).
·
Dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif
Kelebihan Rancangan kohort :
·
Merupakan desain terbaik dalam menentukan insiden
perjalanan penyakit atau efek yang diteliti.
·
Desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan
antara faktor resiko dengan efek secara temporal.
·
Dapat meneliti beberapa efek sekaligus.
·
Baik untuk evaluasi pemajan yang jarang.
·
Dapat meneliti multipel efek dari satu pemajan.
·
Dapat menetapkan hubungan temporal.
·
Mendapat incidence rate.
·
Biasnya lebih kecil
Kekurangan rancangan kohort :
·
Memerlukan waktu yang lama
·
Sarana dan biaya yang mahal.
·
Rumit.
·
Kurang efisien untuk kasus yang jarang.
·
Terancam Drop Out dan akan mengganggu analisis.
·
Menimbulkan masalah etika.
·
Hanya dapat mengamati satu faktor penyebab
Contoh penelitian cohort:
Penelitian untuk membuktikan adanya hubungan antara cancer paru dengan
merokok. Tahapan penelitian ini adalah:
1) Tahap pertama.
Mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan kedudukannya :
i.
Variabel
efek (dependen) = cancer paru
ii.
Variabel
risiko (independen) = merokok
iii.
Variabel
pengendali = umur pekerjaan dan sebagainya
2) Tahap kedua.
Menetapkan subjek penelitian, yaitu populasi dan
sample penelitian. Misalnya yang menjadi populasi adalah semua pria di wilayah
tertentu , dengan umur 30-50 tahun, baik yang merokok dan tidak merokok.
3) Tahap ketiga.
Mengidentifikasi subjek yang merokok (resiko positif)
dari populasi tersebut dan subjek yang tidak merokok (resiko negatif) dengan
jumlah yang sama dengan kelompok merokok.
4) Tahap keempat
Mengamati perkembangan efek pada kelompok orang yang
merokok (risiko positif) pada kelompok kasus dan kelompok yang tidak merokok
(risiko negatif) pada kelompok kontrol tersebut dalam kurun waktu tertentu,
misalnya 10 tahun.
5) Tahap kelima
Mengolah dan menganalisis data. Analisis hasil dengan
membandingkan proporsi orang-orang yang menderita cancer paru dengan
orang-orang yang tidak menderita cancer paru pada kelompok merokok dan tidak
merokok