ANALISA SALIVA SEBAGAI
PREDIKSI FAKTOR RISIKO KARIES
Analisa saliva merupakan salah satu cara yang
dapat digunakan untuk memprediksi kerentanan gigi individu akan mengalami
karies gigi.
Untuk melakukan analisa saliva dapat dilakukan
dengan cara analisa saliva istirahat dan analisa saliva terstimuli/terrangsang.
1. Analisa
Saliva Istirahat
Pengukuran yang dilakukan pada saliva dalam
keadaan tidak terstimulasi / istirahat (Analisa Saliva
Istirahat) menunjukkan seberapa besar saliva yang disekresi secara konstan
untuk melindungi dan melapisi rongga mulut, diantaranya yaitu :
a. Hydrasi
Saliva / Laju Aliran Saliva
Dapat diukur dengan melihat timbulnya saliva pada
mukosa bibir bawah. Hidrasi saliva dilakukan dengan cara menarik bibir
bawah, lalu mengeringkan mukosa labial dengan kapas steril secara hati- hati,
mukosa diperiksa dibawah sinar yang memadai, selanjutnya mengamati butiran
saliva yang keluar dari muara glandula minor, apabila waktu keluarnya kurang
dari 60 detik maka hidrasi saliva istirahat dikategorikan nomal. Jika waktu
keluarnya saliva lebih dari 60 detik maka hidrasi saliva tergolong rendah.
Berdasarkan penelitian Senawa, Wowor dan Juliatri,
penilaian risiko karies berdasarkan pemeriksaan aliran saliva dapat
dikriteriakan sebagai berikut :
· Risiko
karies rendah, bila aliran saliva cepat (>60 detik)
· Risiko
karies sedang, bila aliran saliva normal (30 – 60 detik)
· Risiko
karies tinggi, bila aliran saliva lambat (<60 detik)
b. Viskositas
Saliva
Pengukuran viskositas saliva dilakukan untuk
mengukur konsistensi/kekentalan saliva. Untuk pemeriksaan viskositas
saliva dilakukan dengan cara, posisi klien tegak lurus terhadap lantai.
Pengumpulan saliva dilakukan pada pukul 12.00 – 16.00 WIB, 2 jam sesudah makan
terakhir. Selanjutnya klien diminta untuk mengumpulkan salivanya di dalam
rongga mulut tanpa stimulasi, dan diminta untuk meludahkan saliva ke dalam
cawan pot saliva dengan cara menundukkan kepalanya (Indriana, 2011). Kemudian
cawan pot yang berisi saliva tersebut dimiringkan untuk melihat konsistensi
dari saliva tersebut.
Kriteria kekentalan saliva :
· Encer,
apabila saliva terlihat bening, cair, tidak berbusa, dan bila gelas
dimiringkan, saliva langsung mengalir cepat seperti air.
· Normal,
apabila saliva terlihat putih, berbusa, dan bila gelas dimiringkan, saliva
mengalir perlahan.
· Kental
: Lengket, putih, berbusa, bila gelas dimiringkan hampir tidak mengalir.
2. Analisa
Saliva Terstimuli (Stimulated Saliva)
Saliva terstimuli merupakan saliva yang diproduksi
karena adanya rangsangan. Pengukuran analisa saliva terstimuli dilakukan
dengan melakukan perhitungan kuantitas saliva ketika mendapat rangsangan dengan
menggunakan sepotong wax dan pemeriksaan kapasitas buffer.
a. Kuantitas
saliva (Quantity Saliva)
Pemeriksaan kuantitas saliva dapat dilakukan
dengan cara :
Ø Klien diminta untuk mengunyah
sepotong wax/xylitol, setelah 30 detik kemudian instruksikan klien untuk
meludah dalam cawan. Pada saat klien meludah, wax/xylitol yang dikunyah diambil
terlebih dahulu.
Ø Kemudian klien melanjutkan mengunyah
selama 5 menit lalu meludah lagi ke dalam cawan.
Ø Selama 5 menit, klien diperbolehkan
untuk meludah 2 kali saja. Hal ini dilakukan untuk mencegah saliva tertelan.
Ø Selanjutnya melihat kuantitas saliva
dengan memeriksa jumlah saliva yang terdapat dalam cawan.
Kuantitas saliva dikatakan normal apabila jumlah
saliva lebih dari 5 ml. Kuantitas saliva dikatakan rendah apabila jumlah saliva
dalam cawan berisi antara 3,5 ml – 5 ml. Sedangkan kuantitas saliva dikatakan
sangat rendah apabila jumlah saliva kurang dari 3,5 ml. Semakin rendah jumlah
saliva yang dihasilkan, semakin tinggi terjadinya faktor risiko karies. Semakin
banyak jumlah saliva yang dihasilkan dalam 5 menit, semakin rendah faktor
risiko karies yang terjadi.
b. Kapasitas
Buffer (Capacity Buffer)
Kapasitas buffer merupakan kemampuan saliva untuk
membuat pH saliva kembali pada pH normal atau menetralisir asam dalam rongga
mulut. Pengukuran kapasitas buffer dilakukan dengan cara :
ü Saliva yang sudah terkumpul kemudian
dilakukan pemeriksaan kapasitas buffer menggunakan buffer strip.
ü Saliva di ambil menggunakan pipet
kemudian diteteskan di atas buffer strip dan dibiarkan selama 5 menit.
ü Setelah 2 menit, lihat perubahan
warna yang terjadi dan cocokkan skornya pada buku petunjuk yang sudah ada lalu
dicatat hasilnya.
Cara penilaiannya yaitu untuk warna
hijau diberikan nilai 4, untuk warna hijau / biru diberikan nilai 3, untuk
warna biru diberikan nilai 2, untuk warna biru /merah diberikan nilai 1,
dan untuk warna merah diberikan nilai 0. Setelah itu jumlahkan masing-masing
nilai pada buffer strip. Hasil dari penjumlahan 3 pads dapat
dikategorikan kapasitas buffer sangat rendah apabila jumlah nilainya 0 sampai
5, kapasitas buffer tergolong rendah apabila jumlah nilai 6 sampai 9, dan
kapasitas buffer tergolong normal apabila jumlah nilai 10 sampai 12. Semakin
tinggi jumlah nilai kapasitas buffer maka semakin rendah faktor risiko
kariesnya. Kejadian faktor risiko karies dikatakan tinggi jika jumlah nilai
kapasitas buffernya sangat rendah (rentang nilai 0-5).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar