Jumat, 06 November 2020

ANALISA SALIVA SEBAGAI PREDIKSI FAKTOR RISIKO KARIES

 

ANALISA SALIVA SEBAGAI PREDIKSI FAKTOR RISIKO KARIES


Analisa saliva merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memprediksi kerentanan gigi individu akan mengalami karies gigi.

Untuk melakukan analisa saliva dapat dilakukan dengan cara analisa saliva istirahat dan analisa saliva terstimuli/terrangsang.

1.      Analisa Saliva Istirahat

Pengukuran yang dilakukan pada saliva dalam keadaan tidak terstimulasi / istirahat (Analisa Saliva Istirahat) menunjukkan seberapa besar saliva yang disekresi secara konstan untuk melindungi dan melapisi rongga mulut, diantaranya yaitu :

a.       Hydrasi Saliva / Laju Aliran Saliva

Dapat diukur dengan melihat timbulnya saliva pada mukosa bibir bawah. Hidrasi saliva dilakukan dengan cara menarik bibir bawah, lalu mengeringkan mukosa labial dengan kapas steril secara hati- hati, mukosa diperiksa dibawah sinar yang memadai, selanjutnya mengamati butiran saliva yang keluar dari muara glandula minor, apabila waktu keluarnya kurang dari 60 detik maka hidrasi saliva istirahat dikategorikan nomal. Jika waktu keluarnya saliva lebih dari 60 detik maka hidrasi saliva tergolong rendah.

Berdasarkan penelitian Senawa, Wowor dan Juliatri, penilaian risiko karies berdasarkan pemeriksaan aliran saliva dapat dikriteriakan sebagai berikut :

·         Risiko karies rendah, bila aliran saliva cepat (>60 detik)

·         Risiko karies sedang, bila aliran saliva normal (30 – 60 detik)

·         Risiko karies tinggi, bila aliran saliva lambat (<60 detik)

 

b.      Viskositas Saliva

Pengukuran viskositas saliva dilakukan untuk mengukur konsistensi/kekentalan saliva. Untuk pemeriksaan viskositas saliva dilakukan dengan cara, posisi klien tegak lurus terhadap lantai. Pengumpulan saliva dilakukan pada pukul 12.00 – 16.00 WIB, 2 jam sesudah makan terakhir. Selanjutnya klien diminta untuk mengumpulkan salivanya di dalam rongga mulut tanpa stimulasi, dan diminta untuk meludahkan saliva ke dalam cawan pot saliva dengan cara menundukkan kepalanya (Indriana, 2011). Kemudian cawan pot yang berisi saliva tersebut dimiringkan untuk melihat konsistensi dari saliva tersebut.

Kriteria kekentalan saliva :

·         Encer, apabila saliva terlihat bening, cair, tidak berbusa, dan bila gelas dimiringkan, saliva langsung mengalir cepat seperti air.

·         Normal, apabila saliva terlihat putih, berbusa, dan bila gelas dimiringkan, saliva mengalir perlahan.

·         Kental : Lengket, putih, berbusa, bila gelas dimiringkan hampir tidak mengalir.

 

2.      Analisa Saliva Terstimuli (Stimulated Saliva)

Saliva terstimuli merupakan saliva yang diproduksi karena adanya rangsangan. Pengukuran analisa saliva terstimuli dilakukan dengan melakukan perhitungan kuantitas saliva ketika mendapat rangsangan dengan menggunakan sepotong wax dan pemeriksaan kapasitas buffer.

a.        Kuantitas saliva (Quantity Saliva)

Pemeriksaan kuantitas saliva dapat dilakukan dengan cara :

Ø  Klien diminta untuk mengunyah sepotong wax/xylitol, setelah 30 detik kemudian instruksikan klien untuk meludah dalam cawan. Pada saat klien meludah, wax/xylitol yang dikunyah diambil terlebih dahulu.

Ø  Kemudian klien melanjutkan mengunyah selama 5 menit lalu meludah lagi ke dalam cawan.

Ø  Selama 5 menit, klien diperbolehkan untuk meludah 2 kali saja. Hal ini dilakukan untuk mencegah saliva tertelan.

Ø  Selanjutnya melihat kuantitas saliva dengan memeriksa jumlah saliva yang terdapat dalam cawan.

Kuantitas saliva dikatakan normal apabila jumlah saliva lebih dari 5 ml. Kuantitas saliva dikatakan rendah apabila jumlah saliva dalam cawan berisi antara 3,5 ml – 5 ml. Sedangkan kuantitas saliva dikatakan sangat rendah apabila jumlah saliva kurang dari 3,5 ml. Semakin rendah jumlah saliva yang dihasilkan, semakin tinggi terjadinya faktor risiko karies. Semakin banyak jumlah saliva yang dihasilkan dalam 5 menit, semakin rendah faktor risiko karies yang terjadi.

b.        Kapasitas Buffer (Capacity Buffer)

Kapasitas buffer merupakan kemampuan saliva untuk membuat pH saliva kembali pada pH normal atau menetralisir asam dalam rongga mulut. Pengukuran kapasitas buffer dilakukan dengan cara :

ü  Saliva yang sudah terkumpul kemudian dilakukan pemeriksaan kapasitas buffer menggunakan buffer strip.

ü  Saliva di ambil menggunakan pipet kemudian diteteskan di atas buffer strip dan dibiarkan selama 5 menit.

ü  Setelah 2 menit, lihat perubahan warna yang terjadi dan cocokkan skornya pada buku petunjuk yang sudah ada lalu dicatat hasilnya.

 

Cara penilaiannya yaitu untuk warna hijau diberikan nilai 4, untuk warna hijau / biru diberikan nilai 3, untuk warna biru diberikan nilai 2, untuk warna biru /merah diberikan nilai 1, dan untuk warna merah diberikan nilai 0. Setelah itu jumlahkan masing-masing nilai pada buffer strip. Hasil dari penjumlahan 3 pads dapat dikategorikan kapasitas buffer sangat rendah apabila jumlah nilainya 0 sampai 5, kapasitas buffer tergolong rendah apabila jumlah nilai 6 sampai 9, dan kapasitas buffer tergolong normal apabila jumlah nilai 10 sampai 12. Semakin tinggi jumlah nilai kapasitas buffer maka semakin rendah faktor risiko kariesnya. Kejadian faktor risiko karies dikatakan tinggi jika jumlah nilai kapasitas buffernya sangat rendah (rentang nilai 0-5).

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar